Bernostalgia di SMAN 1 Padang

Lorong sekolah-
Ini oleh-oleh yang tersisa sewaktu saya pulang ke Padang awal tahun 2009 yang baru lalu. Sudah lama saya ingin menginjakkan kaki di bekas sekolah saya dulu di SMA Negeri 1 Padang. Sebenarnya saya sering pulang ke Padang, tetapi saya tidak pernah datang ke sekolah ini lagi. Nah, liburan kemaren barulah kesampaian niat saya ini, setelah 23 tahun lebih waktu berlalu. Saya mengajak anak-anak saya ke sana, melihat bekas sekolah bapaknya.

Ah, sekolah ini tidak banyak berubah sejak saya bersekolah di sana. Masih seperti dulu. Bangunannya tidak berubah, hanya ada penambahan beberapa bagian baru. Tentu saja begitu, karena gedung sekolah ini adalah salah satu bangunan bersejarah di kota Padang yang tidak boleh diubah maupun dialihkan fungsinya. SMA Negeri 1 Padang sudah tua usianya, sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Dulu di zaman Belanda sekolah ini bernama HIS (apa ya kepanjangannya?), lalu ketika zaman merdeka bernama SMA Belantung karena terletak di jalan Belantung (sekarang Jl. Sudirman). Saya jadi teringat SMAN 3 Bandung yang terletak di Jalan Belitung (sama-sama ‘tung’ nya). Di samping SMA 1 ada bangunan SMP Negeri 1 Padang yang dulu bernama MULO. Sudah banyak tokoh-tokoh nasional yang pernah sekolah di SMA ini. Perdana Menteri M. Natsir pernah juga sekolah di sini.

Memasuki sekolah ini dan berjalan-jalan di lorongnya membuka kembali kenangan lama sewaktu di SMA. Masa SMA memang masa yang menyenangkan. Masa remaja dihabiskan dengan teman-teman sekolah. Jalan-jalan dan kumpul-kumpul adalah kebiasaan kami dulu. Karena di SMA juga saya bisa jalan-jalan keliling Sumatera Barat, padahal saya sebelumnya tidak pernah jalan-jalan mengelilingi nagari.

Memasuki halaman dalam sekolah, dari jauh terlihat bekas kelas saya dulu. Di ujung bangunan pada foto di bawah ini adalah ruang kelas yang saya tempati saat di kelas 1.

Saya melongok dari jendela melihat suasana kelas. Oh, bangku-bangku dan kursinya sama seperti 23 tahun yang lalu. Bangku dan kursi dari kayu jati yang tidak pernah berubah. Masa sih bangku dan kursinya tidak pernah diganti?

Berjalan di lorong itu lagi, saya teringat kebanggaan ketika masih di kelas 1. Saya beruntung masuk sekolah ini. Dulu pendaftaran SMA di Padang masih menggunakan sistem rayonisasi. Lulusan SMP-SMP di Padang dipetakan ke SMA negeri mana saja boleh mendaftar. SMP saya dulu, SMP 8 Padang, rayonnya adalah ke SMA 4 Lubuk Begalung. SMA 4 ini jauh dari rumah saya dan masih relatif baru sehingga saya enggan ke sana. Cita-cita saya kalau tidak ke SMAN 1 ya SMAN 3. Mungkin karena NEM saya cukup tinggi maka saya berhasil diterima di SMA 1 Padang, yang merupakan SMA top di kota ini, he..he.

Ketika diterima di SMA 1, saya masih risih pakai celana panjang. Maklum, dari SD hingga SMP sehari-harinya saya masih bercelana pendek dan di rumah tidak mempunyai celana panjang. Jadi, pengalaman memakai celana panjang ya ketika di SMA. Lucu sekali, bukan?

Saya tidak bisa berlama-lama di sekolah ini. Anak saya sudah merengek-rengek ingin main air laut ke Pantai Padang. Maklumlah, sekarang saya dan keluarga jadi ‘orang gunung’ karena tinggal di Bandung. Di Bandung tidak ada laut, jadi bagi ‘orang gunung’ melihat laut tentu mengasikkan.

Saya tingalkan SMA 1 Padang yang terkletak di jantung kota, persisnya di kawasan simpang ampek. (Sumber: Blog Pribadi Rinaldi Munir, 30 Januari 2009)

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar