Sejarah Singkat SMAN 1 Padang

Gedung Lama SMANsa Padang-(foto: situs resmi SMANsa)

SMA Negeri 1 Padang adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) berstatus negeri yang terletak di Keluarahan Lolong Belanti, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, Sumatera Barat. Sekolah ini beralamat di Jalan Belanti Raya No. 11, beberapa puluh meter ke arah barat dari Jalan Khatib Sulaiman, Padang. Sebelumnya, sekolah ini beralamat di Jalan Sudirman No. 1, tetapi kemudian direlokasi ke lokasi sekarang karena bangunan sekolah yang lama rusak berat akibat gempa bumi pada tahun 2009. Gedung sekolah yang baru dibangun di atas lahan seluas 1,4 hektare pada 10 November 2009 dan selesai pada 7 Agustus 2010.

Sejarah
Cikal bakal terbentuknya sekolah ini berkaitan dengan keberadaan Perguruan Menengah Indonesia (Permindo) yang didirikan pada tahun 1949 oleh tokoh-tokoh Republikein di Padang. Sebelumnya, sekolah-sekolah di Padang masih menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar kecuali Adabiyah School, yang telah berbahasa pengantar Indonesia. Oleh sebab itu pada tanggal 2 Mei 1949, beberapa tokoh Republikein termasuk para guru membuka sekolah Perguruan Menengah Indonesia di Padang yang bertempat di bekas gedung Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Jati, Padang Timur.

Pada awalnya Permindo dibagi menjadi enam kelas, meliputi tingkat SMP dan SMA. Meskipun berada di bawah pengawasan pemerintah Hindia-Belanda, keberadaan Permido yang juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar tidak dipermasalahkan. Para guru dan siswa Permindo bebas masuk dan keluar sekolah, bahkan tokoh-tokoh Republikein dibiarkan menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya di kompleks sekolah ini, seperti upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.

Setelah diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar, pemerintah Hindia-Belanda memindahkan gedung Permindo ke Jalan Balantuang, yang kemudian berubah menjadi Jalan Soekarno sebelum akhirnya menjadi Jalan Sudirman sampai sekarang. Pada 2 Januari 1950, Permindo secara resmi terpisah menjadi SMP dan SMA yang masing-masingnya berdiri sendiri dan keduanya pada 1 April 1950 berubah nama menjadi SMP Negeri 1 Padang dan SMA Negeri 1 Padang. Pada saat itu nama pendiri Adabiyah School, yakni Abdullah Ahmad, diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Jati, begitu pula dengan nama Permindo.

Gedung
Gedung SMA Negeri 1 Padang pada awalnya merupakan bekas gedung Europeesche Lagere School (ELS), salah satu sekolah Belanda di Padang yang terletak di Jalan Balantuang yang didirikan pada tahun 1917. Selain digunakan untuk tempat belajar ELS, gedung sekolah ini sempat silih berganti menjadi bermacam-macam tempat pendidikan, seperti sekolah Jagoka selama penjajahan Jepang, kembali menjadi gedung ELS pada masa perjuangan kemerdekaan, dan terakhir baru menjadi gedung SMA Negeri 1 Padang.

Meskipun sudah termasuk tua, gedung ini masih tetap bertahan dengan arsitektur aslinya. Pada tahun 2008, ketika Drs. Jufril Siry, MM menjabat sebagai kepala sekolah, gedung ini direnovasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar yang permohonannya sudah disampaikan sejak tahun 2003.

Pada tahun 2009, gedung sekolah ini mengalamai kerusakan berat akibat gempa bumi berkekuatan 7,9 SR yang meluluhlantakkan Padang dan sekitarnya. Pada saat itu datang tawaran dari Yayasan Budha Tzu Chi untuk membangun gedung sekolah yang dilengkapi dengan shelter tetapi di lokasi yang berbeda, yakni di kawasan Belanti, Padang Utara. Namun karena ditolak oleh alumni sekolah tersebut, tawaran ini kemudian diajukan kepada SMA Negeri 10 Padang, tetapi akhirnya diminta lagi oleh SMA Negeri 1 Padang karena bantuan yang dijanjikan oleh alumni sebelumnya tak kunjung datang.

Pembangunan gedung sekolah yang baru dimulai dengan peletakan batu pertama pada 10 November 2009, dan diresmikan sekitar sembilan bulan kemudian, yakni pada tanggal 7 Agustus 2010. Sekitar Rp39 miliar dianggarkan untuk pembangunan gedung ini, yang meliputi 42 ruangan belajar, sebuah gedung olahraga, dan masjid. Gedung pembelajaran terdiri dari tiga lantai dilengkapi dengan landasan helikopter (helipad). Tidak hanya sebagai sarana untuk belajar mengajar, gedung ini juga dijadikan sebagai tempat evakuasi (shelter) warga sekitar bila terjadi gempa yang dikhawatirkan berpotensi tsunami. (sumber: smansa-padang.sch.id)

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar